Enditop: Februari 2012

Minggu, 26 Februari 2012

Setelah 7 Wanita Menamparku, a novel by anak S-E-N

Saat  ini saya hanya ingin bercerita tentang pertemuan tiga kali saya dengan Desta Aletea Sabarno.
Sudah tiga kali ini saya bertemu dengan Desta Aletea Sabarno, anak Pak Sabarno si tukang Pos, sulung dari sepuluh adik-adiknya, anak perempuan dari ibu yang buta huruf. Dua pertemuan saya sebelumnya di Istana Negara Selalu Menghadap ke Timur dan Genogram membuat saya jatuh terpesona sama sosok Desta ini (karena dia dan saya sama-sama perempuan, maka lebih baik jatuh terpesona daripada jatuh cinta). Di dua pertemuan saya dengan Desta sebelumnya, dia cuma mengisahkan tentang bagaimana kehidupannya ketika menjadi penasehat kepresidenan dan kehidupannya setelah menjadi mantan penasehat kepresidenan, dia belum pernah bercerita tentang bagaimana awalnya dan awalnya dan awalnya dan awalnya lagi sampai dia bisa menjadi sosok penting dalam lingkar penasehat kepresidenan.

Akhirnya, setelah dua pertemuan itu, Desta berbaik hati untuk menceritakan awal kisah perubahan hidupnya di buku “Setelah 7 Wanita Menamparku” ini.  Untuk yang belum pernah bertemu dengan Desta sebelumnya, sebaiknya memang memulai pertemuan dengan membaca buku ini, jangan langsung loncat-loncat seperti saya :p

Berbeda dengan Istana Negara Selalu Menghadap ke Timur dan Genogram yang menceritakan tentang bagaimana cara Desta menghadapi “musuh-musuhnya yang nyata”, buat saya kali ini Desta lebih banyak bercerita tentang bagaimana cara dia menghadapi perang batin di dirinya, umur yang memasuki 27 tahun, pengangguran, dengan sepuluh adik yang ajaib, membuat konfliknya hanya berada pada diri Desta, dan beberapa kisah penghibur tentang bagaimana Desta menghadapi masalah-masalahnya, mulai dari kasus sayembara sampai bunuh diri, semua dihadapi dengan cara yang “Desta” sekali. Mau tahu apa itu cara yang “Desta” sekali? Sepertinya kalian memang harus bertemu dengan Desta dulu, biar dia yang menceritakan bagaimana itu cara “Desta” sekali.

Di pertemua ketiga saya dengan Desta ini saya masih terkagum dengan bagaimana anak S-E-N membuat kegiatan baca-membaca saya terhenti-henti hanya untuk mencatat hal-hal yang saya rasa penting dari tulisan mereka/dia. “Setelah 7 Wanita Menamparku” buku dengan judul yang aneh, tapi kalau yang ada di pikiran Anda adalah 7 wanita yang saling tampar-tamparan, berarti Anda hampir benar dan hampir salah, buku ini memang menampar, tapi tidak dengan wanita apalagi sampai tujuh, buku ini cuma menampar dengan kata. *tsah* dan terlepas dari judulnya itu, buku ini adalah salah satu seri buku yang wajib untuk dibaca, oh iya, urutannya ada pada “Setelah 7 Wanita Menamparku”, lalu “Istana Negara Selalu Menghadap ke Timur” dan kalian bisa akhiri dengan “Genogram”. Sekian dulu yah, Salam!

Test Pack oleh Ninit Yunita


Halo!
Sebelumnya, sebagai pembuka, saya ingin menjelaskan atau melaporkan tentang keadaan klub baca-membaca saat ini, saat ini kami sudah berjumlah enam orang (termasuk saya), yang berarti itu bakal kelewat banyak kalau mau ditraktir goceng, yang berarti saya tidak boleh kalah, maka dari itu saya menulis review ini pagi-pagi dengan semangat anti-kekalahan! Hosh! 


Kakang dan Neng sudah lama menantikan kehadiran anak dalam keluarga kecil mereka. Tujuh tahun menikah dan belum juga ditemani kehadiran anak membuat Neng sedikit agak frustasi, tapi belum sampai gila sih. novel 196 halaman ini bercerita tentang situasi, gonjang-ganjing, naik-turun, kesana-kemarinya kehidupan rumah tangga Kakang dan Neng dalam menghadapi keinginan punya anak, komitmen tanpa anak, dan kadang posisi-posisi membuat anak, diceritakan dengan lucu membuat novel ini ringan padahal konflik yang dibahas berat. Diceritakan dengan point of view Kakang dan Neng, membuat kita tahu bagaimana cintanya Kakang ke Neng, dan bagaimana maunya Neng punya anak dari Kakang, dan buat saya novel ini SANGAT romantis, tetapi jangan mengharapkan akan ada sujud-sujudan dengan cincin di tangan dan lilin di atas meja lalu kemudian kembang api menyala-nyala, pasangan ini menunjukkan cara romantis yang sederhana, romantis dengan tetap bertahan pada komitmen mau badai atau badak yang menyerang.


Sekian review atau komentar singkat yang saya tulis untuk buku pertama dan review ke dua dalam bulan ini, semoga kalian para peserta klub ataupun biro pengembangan baca-membaca ini KALAH! Mwahahaha.. lumayan kalau dapat “goceng” lima!

Cemburu Itu Peluru


Para pemilik akun twitter mungkin sudah tidak asing lagi dengan twit-twit dari #fiksimini, begitupun dengan buku ini, buku setebal 159 halaman ini merupakan pengembangan dari fiksimini-fiksimini yang dibuatkan cerita (sangat) pendek, sebenarnya hanya itu yang saya bisa katakan mengenai isi buku ini, karena memang tidak ada alur cerita, tidak ada tokoh, dan sebagainya, sampai saat inipun saya tidak tahu ini jenis buku seperti apa, dan sepertinya memang akhir-akhir ini banyak sekali buku-buku yang “terinspirasi” dari si Twitter.

Buku ini menjadi keren karena dengan cerita yang sangat pendeknya bisa membuat kita tertegun di akhir cerita, kadang tragis, horror, aneh, dan kadang juga saya gak ngerti akhir ceritanya hehehehe...

Dari lima penulisnya, saya paling suka bagian Kika Dhersy Putri yang kadang bisa membuat yang awalnya bahagia berakhir dengan tragis, dan tulisan Andy Tantono yang kadang horror dan tragis-tragis juga. (Ini kok jadinya kayak saya suka cerita-cerita tragis yah?)

Baiklah, sekian dulu ulasan singkat saya tentang buku ini, dan bagi kalian para anggota kelompok goceng-gocengan silahkan menikmati kekalahan mwahahaha ;)

Tentang Rekrutmen Telkom Indonesia - 2015

Udah lama..lama…lamaaaa banget ya gak nulis di sini, jadi maafkan jika tulisan ini agak kaku. Setelah entah kapan terakhir menulis di blog ...